KOMPAS.com - Seks selama kehamilan selama ini seringkali dihindari oleh banyak pasangan karena ada ketakutan-ketakutan tertentu. Ada yang takut bisa melukai si bayi, ada yang takut si bayi mendengar kegiatan ayah-ibunya, ada pula yang takut bisa menularkan infeksi pada bayi. Padahal, ada bidan dan dokter kandungan yang justru menyarankan agar si calon bapak dan ibu untuk melakukan hubungan seksual menjelang hari kelahiran. Bagaimana menghadapinya?
Dr. Suririnah, dalam bukunya yang berjudul Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan mengatakan, bahwa pada dasarnya, melakukan hubungan seksual atau orgasme aman untuk bayi dalam kandungan dan tak akan melukai bayi. Di dalam rahim, posisi bayi terlindungi secara alamiah oleh selaput lendir yang menutup jalan lahir, selaput tersebut jugalah yang melindunginya dari kuman yang mencoba masuk ke dalam rahim. Ditambah lagi, bayi dalam kandungan pun berada dalam kantung rahim yang berisi cairan ketuban yang melindunginya selama proses kehamilan.
Namun, ada kalanya, ketika ibu yang sedang hamil melakukan hubungan seksual, terjadi kram pada bagian perut atau rahim. Menurut dr. Suririnah, hal ini normal. Saat orgasme, akan terjadi kontraksi pada rahim dan akan terasa keras selama beberapa menit. Menurutnya, ini terjadi karena merupakan bagian dari orgasme dan bukan selalu berarti pertanda adanya masalah pada bayi dalam kandungan.
Konon, disarankan agar si bapak rajin "melongok" bayinya untuk membantu "membuka jalan" si anak. Betulkah? Menurut dr. Suririnah, cairan semen mengandung prostaglandin yang bisa menyebabkan kontraksi rahim dan memberi jalan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jonathan Schaffir, MD, dari Ohio State University Medical Center, seks di akhir kehamilan pada wanita dengan kehamilan normal atau risiko rendah tidak menyebabkan proses kelahiran menjadi lebih cepat. Proses persalinan hanya terjadi bila bayi sudah siap untuk lahir. Disarankan pula, jika memang masih ada kekhawatiran, penggunaan kondom bisa dilakukan.
Namun, memang ada 2 tipe kelakuan seksual yang tidak aman dilakukan saat kehamilan, yakni;
* Meniupkan udara ke dalam vagina saat melakukan seks oral, karena bisa menyebabkan emboli udara. Emboli udara adalah sumbatan pada pembuluh darah karena gelembung udara. Hal ini bisa membahayakan ibu dan bayinya.
* Saat ada penyakit kelamin yang menular di salah satu atau kedua orangtua. Ketika ibu hamil terinfeksi, penyakit tersebut bisa menular kepada bayi dan bisa sangat berbahaya.
Hubungi dokter jika masih ada keraguan dan menemukan gejala yang tak biasa setelah atau selama melakukan hubungan seksual, seperti rasa nyeri, kontraksi terus menerus dengan atau tanpa keluarnya darah.
read more...
Dr. Suririnah, dalam bukunya yang berjudul Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan mengatakan, bahwa pada dasarnya, melakukan hubungan seksual atau orgasme aman untuk bayi dalam kandungan dan tak akan melukai bayi. Di dalam rahim, posisi bayi terlindungi secara alamiah oleh selaput lendir yang menutup jalan lahir, selaput tersebut jugalah yang melindunginya dari kuman yang mencoba masuk ke dalam rahim. Ditambah lagi, bayi dalam kandungan pun berada dalam kantung rahim yang berisi cairan ketuban yang melindunginya selama proses kehamilan.
Namun, ada kalanya, ketika ibu yang sedang hamil melakukan hubungan seksual, terjadi kram pada bagian perut atau rahim. Menurut dr. Suririnah, hal ini normal. Saat orgasme, akan terjadi kontraksi pada rahim dan akan terasa keras selama beberapa menit. Menurutnya, ini terjadi karena merupakan bagian dari orgasme dan bukan selalu berarti pertanda adanya masalah pada bayi dalam kandungan.
Konon, disarankan agar si bapak rajin "melongok" bayinya untuk membantu "membuka jalan" si anak. Betulkah? Menurut dr. Suririnah, cairan semen mengandung prostaglandin yang bisa menyebabkan kontraksi rahim dan memberi jalan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jonathan Schaffir, MD, dari Ohio State University Medical Center, seks di akhir kehamilan pada wanita dengan kehamilan normal atau risiko rendah tidak menyebabkan proses kelahiran menjadi lebih cepat. Proses persalinan hanya terjadi bila bayi sudah siap untuk lahir. Disarankan pula, jika memang masih ada kekhawatiran, penggunaan kondom bisa dilakukan.
Namun, memang ada 2 tipe kelakuan seksual yang tidak aman dilakukan saat kehamilan, yakni;
* Meniupkan udara ke dalam vagina saat melakukan seks oral, karena bisa menyebabkan emboli udara. Emboli udara adalah sumbatan pada pembuluh darah karena gelembung udara. Hal ini bisa membahayakan ibu dan bayinya.
* Saat ada penyakit kelamin yang menular di salah satu atau kedua orangtua. Ketika ibu hamil terinfeksi, penyakit tersebut bisa menular kepada bayi dan bisa sangat berbahaya.
Hubungi dokter jika masih ada keraguan dan menemukan gejala yang tak biasa setelah atau selama melakukan hubungan seksual, seperti rasa nyeri, kontraksi terus menerus dengan atau tanpa keluarnya darah.