Derasnya arus transaksi yang kini mengarah ke arah belanja elektronik alias non-tunai mendorong sejumlah kalangan untuk mengembangkan produk atau platform yang menjembatani transaksi tersebut.
Kalau di luar negeri ada PayPal, di Indonesia telah hadir KasPay, sistem pembayaran online yang dibesut dan dapat digunakan di Kaskus dan situs-situs lain yang berafiliasi dengan KasPay.
Diwawancarai VIVAnews di Jakarta, Kamis 15 April 2010, Andrew Darwis, Chief Technology Officer Kaskus mengatakan pihaknya tengah serius menggarap dan mengembangkan KasPay sebagai platform transaksi online bercita rasa lokal.
Inisiatif ini, diakui Andrew, dilatarbelakangi oleh semakin dekatnya era transformasi belanja konvensional ke arah elektronik atau online. "Kita ingin jadikan KasPay seperti Paypal. Jadi, kami ingin mewadahi transaksi jual beli elektronik konsumen menjadi lebih mudah dan aman. Di sisi merchant pun juga diuntungkan," ujar pria yang juga aktif sebagai administrator di forum diskusi online Kaskus ini.
Namun, di Indonesia, KasPay terbentur persoalan kebijakan pemerintah pada bank sentral. Andrew mengatakan, pihak Bank Indonesia tidak memungkinkan seorang user bisa menarik uang yang telah didepositokan. "Jadi, hanya sebatas deposito dan tidak bisa diuangkan. Alasannya, untuk mencegah adanya money laundring. Kami menghormati kebijakan itu sejauh ini," katanya.
Berbicara pengembangannya, ke depan, Andrew berencana untuk membuka akses transaksi dari konsumen ke konsumen, tak hanya sebatas konsumen ke merchant. "Kita menyadari bahwa transaksi elektronik ataupun melalui Internet kini semakin tinggi. Bank yang memfasilitasi aktivitas banking di Internet pun hanya beberapa, seperti BCA. Cuma belum ada yang modelnya mirip PayPal," tutur Andrew.
"Dengan KasPay, yang memiliki model bisnis mirip dengan PayPal, semua merchant bisa bergabung. Kalau dengan bank, merchant akan dihadapi dengan proses instalasi yang tidak mudah. Bahkan, merchant harus mengalokasikan budget khusus untuk membangun infrastruktur yang tersambung ke bank tersebut. Kalau begini, UKM akan sulit berkembang," jelasnya.
Sebab itu, pihaknya mengembangkan KasPay, dengan harapan transformasi belanja ke arah e-commerce bisa merata di lapisan masyarakat. "Semua orang bisa jualan, mudah dan aman. Uang pun langsung diterima," ucap mantan mahasiswa Indonesia asal Seattle, Amerika Serikat, ini.
KasPay diperkenalkan Kaskus awal November tahun lalu, dan go live pada pertengahan Desember. Seluruh proses transaksi KasPay dilakukan melalui transfer (top-up), sehingga relatif aman dari modus penipuan dan pemalsuan kartu kredit. Keamanan transaksi juga dipastikan dengan konfirmasi melalui e-mail dan catatan transaksi.
"Cukup dengan membuat account di KasPay, pengguna langsung dapat bertransaksi sebagai pembeli atau penjual atau bahkan keduanya sekaligus. Tanpa kartu kredit, transaksi online dimungkinkan secara cepat, mudah, dan aman," ungkap Andrew.
"Di sisi konsumen, kami mengadopsi teknologi milik VeriSign sebagai solusi keamanan transaksi. Ia bisa men-enkripsi hingga 128-bit. Kita beli softwarenya juga, lisensinya cukup mahal. Untuk lalu lintas data pengguna, kita andalkan solusi tersebut untuk transaksi aman," ungkap Andrew.
Hingga saat ini, dipaparkan Andrew, total user yang telah terdaftar di KasPay mencapai 40.000 user. Namun, yang aktif melakukan top-up baru sebatas 10 persen atau sekitar 3.000-an user.
http://teknologi.vivanews.com/news/read/144318-transaksi_elektronik_aman_a_la_kaspay
read more...
Kalau di luar negeri ada PayPal, di Indonesia telah hadir KasPay, sistem pembayaran online yang dibesut dan dapat digunakan di Kaskus dan situs-situs lain yang berafiliasi dengan KasPay.
Diwawancarai VIVAnews di Jakarta, Kamis 15 April 2010, Andrew Darwis, Chief Technology Officer Kaskus mengatakan pihaknya tengah serius menggarap dan mengembangkan KasPay sebagai platform transaksi online bercita rasa lokal.
Inisiatif ini, diakui Andrew, dilatarbelakangi oleh semakin dekatnya era transformasi belanja konvensional ke arah elektronik atau online. "Kita ingin jadikan KasPay seperti Paypal. Jadi, kami ingin mewadahi transaksi jual beli elektronik konsumen menjadi lebih mudah dan aman. Di sisi merchant pun juga diuntungkan," ujar pria yang juga aktif sebagai administrator di forum diskusi online Kaskus ini.
Namun, di Indonesia, KasPay terbentur persoalan kebijakan pemerintah pada bank sentral. Andrew mengatakan, pihak Bank Indonesia tidak memungkinkan seorang user bisa menarik uang yang telah didepositokan. "Jadi, hanya sebatas deposito dan tidak bisa diuangkan. Alasannya, untuk mencegah adanya money laundring. Kami menghormati kebijakan itu sejauh ini," katanya.
Berbicara pengembangannya, ke depan, Andrew berencana untuk membuka akses transaksi dari konsumen ke konsumen, tak hanya sebatas konsumen ke merchant. "Kita menyadari bahwa transaksi elektronik ataupun melalui Internet kini semakin tinggi. Bank yang memfasilitasi aktivitas banking di Internet pun hanya beberapa, seperti BCA. Cuma belum ada yang modelnya mirip PayPal," tutur Andrew.
"Dengan KasPay, yang memiliki model bisnis mirip dengan PayPal, semua merchant bisa bergabung. Kalau dengan bank, merchant akan dihadapi dengan proses instalasi yang tidak mudah. Bahkan, merchant harus mengalokasikan budget khusus untuk membangun infrastruktur yang tersambung ke bank tersebut. Kalau begini, UKM akan sulit berkembang," jelasnya.
Sebab itu, pihaknya mengembangkan KasPay, dengan harapan transformasi belanja ke arah e-commerce bisa merata di lapisan masyarakat. "Semua orang bisa jualan, mudah dan aman. Uang pun langsung diterima," ucap mantan mahasiswa Indonesia asal Seattle, Amerika Serikat, ini.
KasPay diperkenalkan Kaskus awal November tahun lalu, dan go live pada pertengahan Desember. Seluruh proses transaksi KasPay dilakukan melalui transfer (top-up), sehingga relatif aman dari modus penipuan dan pemalsuan kartu kredit. Keamanan transaksi juga dipastikan dengan konfirmasi melalui e-mail dan catatan transaksi.
"Cukup dengan membuat account di KasPay, pengguna langsung dapat bertransaksi sebagai pembeli atau penjual atau bahkan keduanya sekaligus. Tanpa kartu kredit, transaksi online dimungkinkan secara cepat, mudah, dan aman," ungkap Andrew.
"Di sisi konsumen, kami mengadopsi teknologi milik VeriSign sebagai solusi keamanan transaksi. Ia bisa men-enkripsi hingga 128-bit. Kita beli softwarenya juga, lisensinya cukup mahal. Untuk lalu lintas data pengguna, kita andalkan solusi tersebut untuk transaksi aman," ungkap Andrew.
Hingga saat ini, dipaparkan Andrew, total user yang telah terdaftar di KasPay mencapai 40.000 user. Namun, yang aktif melakukan top-up baru sebatas 10 persen atau sekitar 3.000-an user.
http://teknologi.vivanews.com/news/read/144318-transaksi_elektronik_aman_a_la_kaspay