skip to main |
skip to sidebar
G6PD, Moms mungkin bertanya-tanya saat membacanya. Memang istilah ini belum terlalu familiar. G6PD merupakan kepanjangan dari Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase (G6PD).
G6PD termasuk salah satu enzim yang berperan membantu tubuh untuk membentuk karbohidrat dan mengubahnya menjadi energi.
G6PD Lindungi Sel Darah Merah
"G6PD juga berfungsi melindungi sel darah merah dari bahan-bahan yang mungkin dapat membahayakan jika seseorang mengonsumsi obat-obat tertentu atau ketika tubuh terkena infeksi," jelas dr Putri Mirani SpOG, Staf Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.
Defisiensi G6PD sendiri adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak memiliki cukup enzim G6PD yang dapat membantu sel darah merah berfungsi normal. Terdapat lebih dari 300 varian genetik dari defisiensi G6PD yang dikelompokkan menurut aktivitas enzimnya. Dua varian terbanyak adalah G6PD A yang gejalanya lebih ringan dan G6PD B (G6PD Mediterranean) yang derajatnya lebih berat.
G6PD dan Anemia
Karena G6PD berfungsi melindungi sel darah merah, lantas bagaimana jika G6PD ini mengalami defisiensi alias jumlahnya tidak cukup untuk membantu sel darah merah berfungsi normal?
"Defisiensi G6PD merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia hemolitik yaitu anemia atau kekurangan sel darah merah yang terjadi karena proses hemolisis atau penghancuran sel darah merah yang abnormal," tambah dokter yang berpraktek di RS Bunda Palembang.
Lebih lanjut, perempuan kelahiran Palembang, 7 Maret 1978 ini menerangkan bahwa di dunia terdapat lebih kurang 400 juta penderita defisiensi G6PD dan pada ibu hamil relatif jarang mengalami gangguan yang berat karena defisiensi G6PD.
"Aktivitas G6PD menurun pada sepertiga bumil trimester ketiga sehingga menyebabkan peningkatan risiko terjadinya episode hemolisis (proses penghancuran atau pemecahan sel darah merah) serta dua pertiga bumil dengan defisiensi G6PD memiliki kadar hematokrit (Ht) kurang dari 30 persen," terangnya.
Hematokrit adalah proporsi dari volume darah yang ditempati oleh sel darah merah atau persentase volume sel darah merah di dalam darah. Jika Ht < 30 persen, menunjukkan volume sel darah merah di dalam darah berkurang yang pada G6PD berhubungan dengan adanya proses hemolisis yang kemudian menyebabkan anemia.
Kenali Gejala G6PD
Menurut Putri, sebagian besar individu dengan defisiensi G6PD tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). Gejala yang lebih berat terjadi biasanya berhubungan dengan keadaan anemia hemolitik antara lain tampak pucat, kekuningan pada kulit dan sclera (bagian putih) mata, urin berwarna gelap seperti teh tua, mudah merasa lelah, sesak napas, peningkatan denyut jantung serta pembesaran limpa (splenomegali). Bahkan pada kasus yang sangat berat dapat terjadi gagal ginjal akut.
"Pada bumil defisiensi G6PD dapat menyebabkan terjadinya keguguran berulang dan anemia hemolitik dalam kehamilan sedangkan pada janin, defisiensi G6PD dapat meningkatkan insiden berat badan lahir rendah (BBLR), hemolisis, hidrops fetalis (kelainan pada janin dimana terjadi penimbunan cairan pada minimal dua rongga tubuhnya dan terdapatnya antibodi terhadap sel darah merah dalam tubuh ibu) serta kematian janin," tandas Putri.
Karena defisiensi G6PD ini diturunkan melalui gen dari salah satu atau kedua orangtua kepada anaknya, maka bayi laki-laki yang lahir dari ibu carrier lebih sering mengalami hiperbilirubinemia neonatal yaitu suatu keadaan kekuningan pada kulit dan jaringan tubuh lain pada bayi baru lahir yang disebabkan tingginya kadar bilirubin di dalam darah bayi tersebut.
Beberapa keadaan yang dapat memicu defisiensi G6PD adalah penyakit infeksi baik bakteri maupun virus, obat-obat tertentu (penghilang rasa sakit dan penurun panas, antibiotik golongan sulfonamide, obat antimalaria tertentu), bahan kimia tertentu dan makanan tertentu seperti kacang fava (broad beans).
Monitoring Anemia dalam Kehamilan
Pada kasus ringan biasanya defisiensi G6PD tidak memerlukan penanganan khusus. Mengatasi keadaan-keadaan yang dapat memicu defisiensi G6PD dapat segera menghilangkan keluhan dan gejala yang ada. Umumnya gejala dapat menghilang relatif cepat, biasanya dalam beberapa pekan.
Pada keadaan anemia ringan di mana tubuh masih dapat membentuk sel darah merah yang baru, anemia biasanya dapat teratasi dengan sendirinya. Pada kasus anemia yang lebih berat kemungkinan perlu dilakukan transfusi darah.
Pada wanita hamil perlu dilakukan monitor terhadap anemia dalam kehamilan guna menghindari stress oksidatif (keadaan di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya. Akibatnya intesitas proses oksidasi sel-sel tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak) dan dianjurkan untuk mengonsumsi asam folat.
Selain itu, bumil juga perlu mengurangi atau menghindari makanan, obat-obat serta bahan kimia yang dapat berbahaya pada penderita defisiensi G6PD, antara lain obat anti malaria (primaquine, pamaquine, chloroquine); sulfonamide (sulfanilamide, sulfametoxazole, mefenide); thiazolesulfone, methylene blue, naphtalene; analgetik (aspirin, phenazopyridine, acetanilide); antibiotika non-sulfa (asam nalidiksat, nitrofurantoin, isoniazid furazolidone).(Mom& Kiddie//nsa)
sumbernya
0 komentar: on "Bahayakah Bumil Defisiensi G6PD?"
Posting Komentar