Meningitis akibat bakteri bisa memicu kerusakan otak, hilangnya pendengaran, dan kematian.
Meningitis tidak terlalu berbahaya jika disebabkan virus. Namun, peradangan selaput otak yang dipicu bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, seperti kerusakan otak, hilangnya pendengaran, dan kematian.
Streptococcus Pneumoniae (Pneumococcus) merupakan jenis bakteri yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi dan anak-anak. Jenis bakteri ini juga bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga, dan rongga hidung (sinus).
Penyakit invasif pneumokokus (IPD) menyebabkan separuh penderita meningitis meninggal dunia. Kalaupun sembuh, anak terancam risiko kelumpuhan, tuli, keterbelakangan mental dan cacat tubuh permanen.
Di Indonesia, dari 4,6 juta kelahiran hidup tiap tahun, hanya 0,6 persen yang mendapat vaksin meningitis. Padahal, tingkat penderita meningitis di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pada 2005, setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 36 kasus meningitis.
Pendiri Klinik Anakku Dr Hardiono Pusponegoro SpA(K) mengungkapkan, meningitis merupakan salah satu pembunuh bayi dan balita di negara berkembang. Sebuah penelitian di Bandung menyebutkan, 65 persen dari 2.000 responden anak dan balita mengidap bakteri Pneumococcus di tenggorok.
Yang memprihatinkan, sebagian besar bayi berusia satu bulan tercatat positif terserang bakteri tersebut. Penularan meningitis terutama disebabkan kontak pernapasan, batuk, atau bersin dari bayi, balita, dan orang tua serta sebaliknya.
Bakteri Pneumococcus ternyata juga kebal terhadap beberapa jenis antibiotik yang ada seperti Penisilin, Kloramfenikol, dan Kotrimoksasol. Bakteri dalam tubuh akan menyerang anak saat sistem kekebalan tubuh melemah.
“Saat kondisi tubuh melemah, bakteri dapat masuk ke darah atau bahkan paling parah menyerang selaput otak,” kata Staf Divisi Syaraf Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI dan RSCM pada konferensi pers menjelang Hari Meningitis se-Dunia di Djakarta Theater, Kamis, 22 April 2010.
Gejala Meningitis
Dr Hardiono menyatakan, ada beberapa gejala klinis bayi dan balita yang mungkin terkena meningitis. Pada bayi, gejala ditandai dengan demam, hipotermia, kesulitan minum, muntah, sesak napas, kejang dan ubun-ubun menonjol.
Sementara pada anak, gejalanya antara lain demam, kejang, nyeri, penurunan kesadaran, dan kaku kuduk. “Saat gejala tersebut terlihat segera bawa ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan,” ujarnya.
Upaya medis untuk menolong penderita meningitis biasanya dengan pemberian antibiotik selama 14-21 hari. Hardiono mengingatkan agar orangtua tidak terlambat membawa anak dengan gejala meningitis. “Jika pemberian antibiotik terlambat enam jam saja, risiko kematian meningkat empat kali lipat,” katanya.
Untuk itu, pencegahan berupa pemberian vaksin PCV-7 akan menurunkan kejadian dan pneumonia dan meningitis hingga 94 persen. Pemberian ASI serta menjalankan pola hidup sehat juga akan meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap bakteri penyebab meningitis. (umi)
sumbernya
DOWNLOAD LAGU TERBARU OKTOBER 2017
-
Ini adalah halaman khusus untuk *download Kumpulan lagu Dangdut terbaru*
mp3 (2017) baik untuk lagu Dangdut Koplo, Remix atau original yang
dikumpulkan ...
7 tahun yang lalu
0 komentar: on "Mengapa Vaksin Meningitis Penting"
Posting Komentar