skip to main |
skip to sidebar
Empat tahun lalu, Eric Schmidt yang kala itu masih menjabat sebagai CEO Google pernah memberikan semacam memo kepada karyawannya agar menciptakan sebuah layanan yang mampu menghubungkan ke lebih banyak kolega di ruang dunia maya.
Setelah memo itu disebar, Schmdit belum sempat men-follow up memo tersebut secara khusus. Sebab dia lebih fokus mengembangkan layanan yang lainnya. Alhasil, tak lama kemudian situs jejaring sosial Facebook langsung meledak. Perlahan tapi pasti, situs yang berawal dari kreasi mahasiswa yang bahkan tak lulus kuliah itu pun merangkul anggota yang luar biasa banyak.
Sontak Schmidt terkejut, bahkan dalam suatu simposium All Things Digital awal Juni lalu, pengampu Google dari tahun 2001 sampai 2011 tersebut merasakan penyesalan yang mendalamnya atas dominasi Facebook di dunia maya. "Saya sangat menyadari bahwa saya harus melakukan sesuatu dan saya gagal melakukannya," ungkap Schmidt kala itu.
Waktu bergulir, Google berusaha mencoba untuk membuat layanan sejenis. Awal tahun 2010, Google gencar memperkenalkan layanan yang disebut, Google Buzz. Google mencoba menggabungkan jumlah pengguna Gmail dengan fitur -fitur yang diadopsi dari jejaring sosial macam Facebook dan Twitter.
Berhasil? Tentu saja tidak. Karena pada tahun tersebut, popularitas Facebook mencapai puncaknya. Tercatat saat itu Facebook tengah menikmati jumlah anggota hingga 500 juta. Ini belum ditambah 'cacat' di Google Buzz yang terletak pada sistem privasi dan kustomisasi akun anggotanya.
Seakan belum kapok, pertengahan tahun ini Google kembali memperkenalkan Google+, yang disebut-sebut penyempurnaan dari layanan sebelumnya, yang oleh beberapa media disebut sebagai 'Facebook Killer' sesungguhnya. Sebutan yang tidak disematkan oleh media terhadap Google Buzz.
Apa yang diprediksi oleh media (termasuk okezone, tentunya) tidak sepenuhnya salah, walaupun belum bisa dibuktikan sepenuhnya. Tapi ini paling tidak bisa menjadikan gambaran dan konsistensi tagline yang selalu diusung oleh Google yaitu, 'Dont be Evil', walapun secara lugas dijawab CEO Apple Steve Jobs "Bullshit".
Faktanya, Google punya segalanya di dunia maya, hampir semua lini mereka kuasai. Perusahaan bermarkas di Cupertino itu memang sempat salah perhitungan kala menghadirkan Google Buzz. Tapi keyakinan terlihat dari layanan yang baru ini.
Google+ masih diberi kesempatan oleh pengguna dan pencinta Google pada khususnya. Terbukti sambutan hangat yang diterima netters, yang berujung pada ditutupnya sistem undangan terbatas. Itu mungkin bukan menjadi bukti sahih kalau nantinya Google+ ini bakal sukses menjungkalkan Facebook.
Tapi mari kita lihat fakta-fakta berikut:
1. Google pernah gagal di layanan Buzz, tentu saja mereka akan belajar dari pengalaman sebelumnya.
2. Hampir semua layanan utama Google semua sukses menyalip layanan yang sudah ada, sebut saja Android dengan toko aplikasinya, Gmail, YouTube sampai browser Chrome yang siapa sangka mulai mendekati Firefox, yang sebelumnya bahkan berpikir pun tidak bahkan terkalahkan.
3. Basis data dan informasi dari mesin pencari Google semakin luar biasa merajalela. Dari data-data ini tentu saja Google dengan leluasa membuat aplikasi untuk mendukung Google+. Ingat, soal ini 'mesin pencarian' Facebook masih menemui kesulitan, kendati sudah menggandeng Bing.
4. Integrasi dengan layanan yang ada dan akan datang. Google masih mempunya rencana Google Music, Games, dan masih banyak lagi.
5. Pengguna Facebook sudah mencapai titik jenuh.
Nah, soal jumlah pengguna, penulis agak pesimis bila Google+ bisa merangkul pengguna jejaring sosial baru, karena Facebook saja sudah mencapai jumlah 750 juta pengguna sampai saat ini. Satu-satunya gambaran yang terlihat adalah, aksi 'bedol desa' dari pengguna Facebook ke Google+. Apalagi, penulis melihat sentuhan Google+ yang sedikit banyak mirip Facebook, bisa jadi merupakan aksi Google agar pengguna tak terlalu ribet atau kaku bila mereka menempati 'rumah baru'.
Dengan sejumlah keunggulan Google+, kita punya alasan yang kuat untuk pindah dari Facebook bukan?
*)Tulisan ini merupakan pendapat pribadi atau opini dari penulis dan tidak mewakili pendapat dari medianya bekerja. (tyo)
0 komentar: on "Ramai-Ramai 'Bedol Desa' ke Google+"
Posting Komentar