Senin, 12 April 2010

Mari Perangi HIV/AIDS

 
SEJAK penyakit HIV/AIDS muncul pada 1980-an, hampir 60 juta orang telah terinfeksi dan 25 juta orang di antaranya telah meninggal dunia.
Masalah krisis ekonomi dan kepedulian terhadap perubahan iklim ternyata banyak memengaruhi perlawanan terhadap virus HIV/AIDS dan mengurangi “mimpi buruk dunia” lebih jauh. Penurunan ekonomi global diketahui telah membawa ketimpangan yang lebih besar dan bisa meningkatkan kerentanan terhadap pemicu epidemi.

Direktur Eksekutif Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS) Michele Sidibe menyatakan, sekitar 33,4 juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus HIV/AIDS. ”Ini bukan saatnya untuk berhenti (berperang). Jika kita berhenti membantu orang-orang yang sebagian besar berasal dari segmen masyarakat miskin–apa yang akan kita hadapi adalah mimpi buruk universal,” katanya seperti dikutip Reuters.

Sidibe sedang di Bangkok, Thailand, dalam rangka menghadiri pertemuan anggota parlemen dan pemangku kebijakan dari 150 negara untuk membahas pencabutan pelarangan perjalanan pada orang-orang yang terinfeksi HIV/AIDS, yang dinilai sudah “kuno” dan ”usang”.

Pelarangan ini diberlakukan di 52 negara, termasuk 15 negara di kawasan Asia Pasifik, seperti dilaporkan Australia Broadcasting Corporation.  Sidibe bersama anggota Inter-Parliamentary Union sangat menyayangkan pemberlakuan aturan tersebut.

Dia juga mengharapkan pemerintah setiap negara memiliki anggaran keuangan yang cukup sehingga tidak akan mengurangi biaya pengobatan dan pencegahan penderita HIV/AIDS.

Sidibe saat itu juga membalas kritik yang mengatakan lembaganya hanya fokus pada HIV/AIDS sehingga mengabaikan permasalahan penyakit fatal lainnya. Dia berdalih lembaganya ini bekerja untuk mengintegrasikan program untuk HIV/- AIDS dan TB, yang merupakan penyebab umum kematian pada pasien HIV.

Sejak virus HIV ditemukan pertama kali, telah terjadi kemajuan yang signifikan. Infeksi baru sampai saat ini telah turun hingga 17 persen dalam jangka waktu delapan tahun terakhir, lebih dari 4 juta orang kini sedang menerima perawatan yang diperlukan.

Sebuah laporan baru-baru ini oleh Global Fund, sebuah lembaga inisiatif multidonor yang memerangi HIV/AIDS, malaria, dan TB, menyebutkan bahwa penularan HIV dari ibu ke anak tidak akan terjadi lagi pada 2015. Namun, kata Sidibe, virus ini akan mencoba menyerang di populasi dan daerah baru.

Menurut data UNAIDS, setiap dua orang yang sedang menjalankan pengobatan, otomatis lima orang baru yang terinfeksi. Sidibe mengungkapkan, wilayah Afrika tetap menjadi daerah yang terburuk soalinfeksi penyakit ini. Namun, mulai tumbuh kekhawatiran tentang bagian-bagian lain di dunia yang mungkin saja terkena, khususnya Eropa Timur dan Asia Tengah.

“Sekitar 70 persen dari infeksi baru yang terjadi di daerah-daerah adalah pengguna narkoba yang tidak memiliki akses ke layanan kesehatan karena mereka dianggap penjahat,” tutur Sidibe.

Di Afrika, 40 persen dari semua penderita infeksi HIV baru terjadi pada orang yang telah menikah atau hidup dalam hubungan yang stabil.

Sidibe menegaskan, dari semua alat pencegahan infeksi, seperti kondom atau sunat, harus digunakan dan didukung oleh para pengusaha dan perusahaan farmasi besar. “Ini penting. Kita perlu menegosiasikan kembali agar dapat merangkul perusahaan farmasi untuk terlibat dalam proses ini dan membantu mendapatkan sampel obat dan perawatan dengan kualitas nomor satu,” imbuhnya.

Sementara di Indonesia, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional mencatat terdapat hampir 300.000 orang yang menderita HIV/AIDS di Tanah Air. Sekitar 75.000 di antaranya perempuan yang tertular dari pasangan mereka.

Sementara data Kementerian Kesehatan menyebutkan, hingga akhir 2009 tercatat 19.973 kasus AIDS di 32 provinsi di Indonesia. Dengan jumlah tertular HIV/AIDS sebanyak 298.000 orang.

Penularan kumulatif kasus AIDS tertinggi melalui heteroseksual (50,3 persen) diikuti penggunaan jarum suntik (40,2 persen) dan homoseksual (3,3 persen). Dengan data ini tidak heran, Indonesia disebut-sebut menjadi wilayah penularan HIV/AIDS tercepat di Asia.

”Dalam dua tahun terakhir masuk dalam area epidemis dengan perkembangan tercepat di Asia,” ujar UNAIDS Country Coordinator Nancy Fee saat peluncuran laporan Penularan HIV pada Hubungan Pasangan Intim di Asia di Jakarta, belum lama ini. Dia memaparkan, Indonesia juga masuk dalam masa transisi pola penularan HIV/AIDS. Semula melalui penggunaan jarum suntik, kini melalui hubungan seksual.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Nafisiah Mboi Mengatakan, jumlah perempuan yang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia memang terus meningkat dengan cepat. Pada 2008 hanya terdapat sekitar 4.750 orang yang terinfeksi HIV/AIDS.

Hal ini, lanjut dia, kebanyakan dipicu oleh adanya hubungan seksual yang dilakukan pasangan mereka dengan pekerja seks komersial. Kondisi di Indonesia ini sama halnya dengan negara-negara di Asia lainnya.

Laporan dari UNAIDS menunjukkan, sekitar 50 juta perempuan Asia berisiko terinfeksi HIV/AIDS dari pasangan mereka. Sejumlah bukti dari negaranegara Asia menunjukkan bahwa perempuan-perempuan ini ber status menikah atau memiliki hubungan dengan laki-laki yang memiliki perilaku seksual berisiko tinggi. Menanggapi hal ini.

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP & PA) Linda Amalia Sari Gumelar Menyatakan, HIV/AIDS sudah menjadi ancaman.

”Yang bisa dilakukan adalah meningkatkan pencegahan penularan HIV/AIDS” katanya. Lantaran data yang ada saat ini hanya sebagian kecil dari kasus HIV/AIDS yang terdapat di Indonesia, maka Linda mensinyalir ini bisa merupakan fenomena gunung es.
http://lifestyle.okezone.com/read/2010/04/12/27/321561/mari-perangi-hiv-aids 

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Mari Perangi HIV/AIDS"

Posting Komentar